Pages

Kamis, 13 Agustus 2015

Hari Ke-3 Yuan Terus Melemah, PBOC Jaga Tidak Terlalu Rendah

Bank sentral Tiongkok (PBOC) hari ini (13/8) menyampaikan bahwa mereka tidak akan secara agresif kembali melakukan devaluasi terhadap mata uangnya, yuan, apalagi jika secara fundamental kondisi ekonomi Tiongkok dinilai telah cukup kuat. Seperti diketahui pada Selasa lalu, PBOC secara resmi mendevaluasi nilai tukar mata uang negaranya terhadap Dolar AS untuk menyelamatkan sektor perdagangannyaa. Namun paska devaluasi dilakukan sejak Selasa lalu sampai hari ini, nilai tukar yuan masih terus jatuh memasuki hari ketiganya berturut-turut. (Lihat juga: Yuan Didevaluasi Lagi, Sentuh Level Terendah Sejak Agustus 2011)
Secara fundamental memang masih sangat banyak PR yang harus dikerjakan pemerintah Tiongkok, salah satunya memperbaiki neraca perdagangannya yang sudah tergerus tajam akibat lesunya ekspor karena nilai tukar yuan yang sempat menguat dalam beberapa bulan terakhir. Selain itu, pemerintah Tiongkok juga tetap harus dapat memastikan bahwa posisi fiskal negaranya berada dalam kondisi yang sehat dan nilai cadangan devisa yang tersedia masih cukup kuat untuk menopang perekonomian Tiongkok yang cenderung melambat.
Keputusan PBOC untuk mendevaluasi mata uangnya pada hari Selasa lalu memang cukup memicu kekhawatiran global karena dapat memicu currency war.  Sejauh ini, PBOC berharap dengan dilemahkannya yuan, yang merupakan mata uang negaranya maka yuan dapat menyentuh posisi yang stabil untuk jangka panjang sehingga tidak diperlukan intervensi tambahan lagi dari PBOC hingga sisa tahun 2015 ini. Secara terpisah, Fitch, yang merupakan salah satu lembaga pemeringkat internasional menilai bahwa devaluasi yuan ini akan semakin menekan perekonomian global.
Mengikuti kebijakan devaluasi yuan selasa lalu, kemarin (13/8) berbagai rilis data ekonomi Tiongkok juga diumumkan dan menunjukkan kinerja negatif. Data pertumbuhan aktivitas pabrik di Tiongkok dan omset penjualan ritel tercatat melambat cukup tajam pada Juli lalu, sementara pengeluaran fiskal justru melonjak hingga 24,1 persen dibulan etrsebut. Lonjakan fiskal ini terjadi karena pemerintah Tiongkok sedang mempercepat semua serapan anggarannya yang berkaitan dengan proyek infrastruktur agar dapat segera terealisasikan.
Sejauh ini, Pemerintah Tiongkok dan Bank Sentralnya memang cukup responsif dan agresif dalam mengintervensi kebijakan baik fiskal maupun moneternya, intervensi moneter oleh PBOC ini mengingatkan kita juga dengan intervensi yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok pada Juni lalu ketika pasar sahamnya terjun bebas dan mengalami volatilitas yang tidak biasa. PBOC mengatakan bahwa mereka akan terus memantau pergerakan yuan agar tidak mengalami penurunan lebih lanjut untuk mencegaj terjadinya capital outflow besar-besaran dari negaranya.

Stephanie Rebecca/VM/VBN/ Analyst at Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens

Tidak ada komentar:

Posting Komentar