Pages

Selasa, 08 September 2015

Tunggu Aksi The Fed, BI Masih Rem Semua Kebijakan Terkait Suku Bunga


Seperti diketahui, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) dipertahankan pada level 7,5 persen sejak 17 Februari 2015 silam, setelah sebelumnya tercatat lebih tinggi 25 basis poin selama tiga bulan sejak November 2014. Meski tahun 2015 ini tren ekonomi global cenderung melemah dan sebagian besar bank sentral di belahan dunia memangkas suku bunganya, namun tidak demikian dengan BI, hingga saat ini BI belum juga menurunkan suku bunganya. Padahal, pertumbuhan ekonomi pada kuartal-II tahun ini mengalami perlambatan dengan hanya mampu mencatat pertumbuhan sebesar 4,67 persen.
Dalam teori ekonomi, jika suku bunga acuan turun maka hal tersbeut otomatis dapat mendorong pertumbuhan dalam negeri dikarenakan pembiayaan perbankan ke sektor riil pun menjadi semakin murah harganya. Namun, rupanya BI memiliki alasan lain untuk tidak menurunkan suku bunga di bawah 7,5 persen. BI menilai bahwa pemangkasan BI rate bukanlah “obat” yang paling ampuh untuk menyelamatkan perlambatan ekonomi Indonesia saat ini dikarenakan tingkat inflasi yang sedang melambung tinggi. Oleh karena itu BI memang sengaja menahan konsumsi masyarakat agar inflasi tetap rendah.
Benar saja, inflasi pada  Agustus 2015 yakni 0,39 persen. Sedangkan inflasi tahun kalender Januari-Agustus 2015 sebesar 2,29 persen. Inflasi yang stabil membuat faktor produksi bekerja dengan nyaman. Sehingga suku bunga 7,5 persen masih menjadi stimulus bagi investor. Kebutuhan memangkas suku bunga BI belum menjadi opsi utama BI mengingat juga bahwa meski saat ini suku bunga masih tinggi saat nyatanya tidak langsung memukul kebutuhan primer seperti sembako (sembilan bahan pokok), karena yang pasti terkena dari suku bunga tinggi adalah konsumsi untuk kebutuhan sekunder dan tersier. 
Sejauh ini langkah BI selanjutnya masih menunggu kebijakan terbaru The Fed AS, ketidakpastian The Fed AS untuk menaikkan suku bunga acuannya telah membuat banyak orang mengambil ancang-ancang. Bagi BI, lebih cepat The Fed menaikkan suku bunga maka akn lebih baik karena BI bisa segera menghitung keseimbangan baru. Membaiknya perekonomian AS memang membuka ruang bagi The Fed untuk menaikkan suku bunganya, yang sudah sejak Mei 2013 digaungkan dan mulai saat itulah ketidakpastian pasar terjadi. 
Ketidakpastian pasar terjadi lantaran kenaikan suku bunga The Fed diyakini bakal menggiring dana masuk ke AS atau sering dikenal dengan istilah teori finance natural. Indonesia pun tak lepas dari gejolak ketidakpastian ini. Sebab dana-dana asing yang ada di Indonesia cukup banyak seperti 36 persen di pasar obligasi dan 60 persen di pasar modal. Kendati begitu, BI menegaskan bahwa tidak semua dana asing di emerging markets seperti Indonesia akan “hijrah” ke AS karena nantinya pasti akan ada rebalancing portfolio asing sesuai dengan keyakinan risiko atas fundamental sebuah negara
Stephanie Rebecca/VM/VBN/ Analyst at Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar