Harga minyak diperkirakan akan tetap rendah pada tahun 2015 tapi kondisi ini bagi Moody’s Investor Service tidak bisa diharapkan penuh untuk meningkatkan pertumbuhan global, pasalnya ada faktor pemberat yang bisa memutar balikkan kondisi tersebut. Khususnya perlambatan yang terjadi di kawasan Euro, Tiongkok, Jepang dan Rusia yang berpotensi menahan kegiatan ekonomi global.
Opini Moody’s tersebut ada dalam laporan Outlook Makro Global Triwulanan yang mereka rilis hari Rabu (11/02). Dalam laporan tersebut negara-negara yang menjadi penahan sentimen diatas sedang alami kondisi perekonomian yang kurang menguntungkan dibandingkan negara ataupun kawasan lainnya.
Moody’s melihat ada beberapa faktor yang ada pada negara tersebut sehubungan dengan kebijakan moneter dan kondisi makro yang sulit mendapatkan keuntungan dari turunnya harga minyak.
Di kawasan euro, penurunan harga minyak terjadi dalam iklim ekonomi yang tidak menguntungkan, dengan pengangguran yang tinggi, inflasi yang rendah atau negatif dan ketidakpastian politik bangkit di beberapa negara anggota. Karenanya Moody’s perkirakan PDB kawasan euro naik 1 persen pada tahun 2015, yang hampir tidak berubah dari 2014, selain itu proyeksikan 1,3 persen untuk PDB tahun 2016.
Sementara itu, perlambatan ekonomi Tiongkok yang sedang berlangsung tidak dapat dihentikan oleh harga minyak yang lebih murah. Pasalnya pajak energi yang lebih tinggi dan harga yang dikendalikan pemerintah di beberapa sektor energi dan transportasi akan mengurangi dampak dari penurunan harga tersebut.
Secara global, Moody’s juga perkirakan akan terjadi resesi tajam di Rusia yang akan berlangsung sampai 2017. Selanjutnya proyeksikan belanja fiskal yang lebih tinggi di Arab Saudi untuk menjaga pertumbuhan yang positif dan mengimbangi efek negatif dari harga minyak yang lebih rendah.
Namun lembaga pemeringkat ini menyatakan bahwa ekonomi AS diperkirakan akan mendapatkan keuntungan dari turunnya harga minyak dalam dua tahun ke depan dengan bertambahnya belanja konsumen dan juga belanja perusahaan. Untuk tahun 2015 ini, Moody’s perkirakan pertumbuhan AS dinaikkan menjadi 3,2 persen dari 3 persen. Dan untuk tahun 2016 tumbuh 2,8 persen.
Joel/VMN/VBN/Senior Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens
image : wikimedia
Opini Moody’s tersebut ada dalam laporan Outlook Makro Global Triwulanan yang mereka rilis hari Rabu (11/02). Dalam laporan tersebut negara-negara yang menjadi penahan sentimen diatas sedang alami kondisi perekonomian yang kurang menguntungkan dibandingkan negara ataupun kawasan lainnya.
Moody’s melihat ada beberapa faktor yang ada pada negara tersebut sehubungan dengan kebijakan moneter dan kondisi makro yang sulit mendapatkan keuntungan dari turunnya harga minyak.
Di kawasan euro, penurunan harga minyak terjadi dalam iklim ekonomi yang tidak menguntungkan, dengan pengangguran yang tinggi, inflasi yang rendah atau negatif dan ketidakpastian politik bangkit di beberapa negara anggota. Karenanya Moody’s perkirakan PDB kawasan euro naik 1 persen pada tahun 2015, yang hampir tidak berubah dari 2014, selain itu proyeksikan 1,3 persen untuk PDB tahun 2016.
Sementara itu, perlambatan ekonomi Tiongkok yang sedang berlangsung tidak dapat dihentikan oleh harga minyak yang lebih murah. Pasalnya pajak energi yang lebih tinggi dan harga yang dikendalikan pemerintah di beberapa sektor energi dan transportasi akan mengurangi dampak dari penurunan harga tersebut.
Secara global, Moody’s juga perkirakan akan terjadi resesi tajam di Rusia yang akan berlangsung sampai 2017. Selanjutnya proyeksikan belanja fiskal yang lebih tinggi di Arab Saudi untuk menjaga pertumbuhan yang positif dan mengimbangi efek negatif dari harga minyak yang lebih rendah.
Namun lembaga pemeringkat ini menyatakan bahwa ekonomi AS diperkirakan akan mendapatkan keuntungan dari turunnya harga minyak dalam dua tahun ke depan dengan bertambahnya belanja konsumen dan juga belanja perusahaan. Untuk tahun 2015 ini, Moody’s perkirakan pertumbuhan AS dinaikkan menjadi 3,2 persen dari 3 persen. Dan untuk tahun 2016 tumbuh 2,8 persen.
Joel/VMN/VBN/Senior Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens
image : wikimedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar