PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) telah menyiapkan dana sebesar untuk melunasi pokok dan bunga obligasi kepada pemegang obligasi. Adapun dana pelunasan Obligasi yang telah dialokasikan untuk melunasi pokok dan bunga obligasi adalah sejumlah Rp600.502.500.000 yang terdiri dari pelunasan pokok Obligasi Seri B sebesar Rp585.000.000.000 dab bunga obligasi sebesar Rp15.502.000,-. Dana yang dimaksud pada saat ini ditempatkan pada Term Deposit Bank Indonesia dan SBI.
Hingga kuartal III tahun 2014, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) membukukan laba bersih sebesar Rp 1,42 triliun lebih rendah 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,67 triliun. Selain itu BTPN juga membukukan pertumbuhan kredit sebesar 13% dari Rp 45,13 triliun menjadi Rp 51,1 triliun, dengan rasio NPL yang sebesar 0,8%. Sementara, dana pihak ketiga (DPK) BTPN naik 7% dari Rp 49 triliun menjadi Rp 52,6 triliun. Loan to deposit ratio (LDR) BTPN mencapai 97%. Namun jika memperhitungkan pendanaan dari obligasi dan pinjaman bilateral, rasio likuiditas BTPN berada di level 87%.
Menilik perdagangan sahamnya, setelah hari Selasa (17/2) saham BTPN ditutup turun 3,3% pada level 4,060 dalam kisaran 4,060 – 4,220 dengan volume perdagangan saham BTPN mencapai 166,400 lot saham, hari Rabu (18/2) saham dibuka naik ke level 4065.
Analyst Vibiz Research Center melihat sisi indikator teknikal, harga saham BTPN sejak awal bulan Desember terlihat tengah mencoba mendapatkan momentum rebound namun saat ini pergerakannya dalam koreksi teknikal dan berpotensi konsolidasi, terpantau indikator MA sudah bergerak naik dan pola Black Marubozu menembus Upper Bolinger Band. Selain itu indikator Stochastic mulai bergerak ke area jenuh beli setelah sebelumnya berada pada area tengah.
Sementara indikator Average Directional Index terpantau bergerak naik didukung oleh +DI yang juga bergerak naik yang menunjukan pergerakan BTPN dalam potensi menguat terbatas. Dengan kondisi teknikalnya dan didukung fundamentalnya, diprediksi laju BTPN masih akan dalam tren konsolidasi dan menunggu sentimen fundamental yang menggerakan BTPN. Rekomendasai Trading pada target level support di level Rp4000 hingga target resistance di level Rp4100.
Regi Fachriansyah/VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens
Hingga kuartal III tahun 2014, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) membukukan laba bersih sebesar Rp 1,42 triliun lebih rendah 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,67 triliun. Selain itu BTPN juga membukukan pertumbuhan kredit sebesar 13% dari Rp 45,13 triliun menjadi Rp 51,1 triliun, dengan rasio NPL yang sebesar 0,8%. Sementara, dana pihak ketiga (DPK) BTPN naik 7% dari Rp 49 triliun menjadi Rp 52,6 triliun. Loan to deposit ratio (LDR) BTPN mencapai 97%. Namun jika memperhitungkan pendanaan dari obligasi dan pinjaman bilateral, rasio likuiditas BTPN berada di level 87%.
Menilik perdagangan sahamnya, setelah hari Selasa (17/2) saham BTPN ditutup turun 3,3% pada level 4,060 dalam kisaran 4,060 – 4,220 dengan volume perdagangan saham BTPN mencapai 166,400 lot saham, hari Rabu (18/2) saham dibuka naik ke level 4065.
Analyst Vibiz Research Center melihat sisi indikator teknikal, harga saham BTPN sejak awal bulan Desember terlihat tengah mencoba mendapatkan momentum rebound namun saat ini pergerakannya dalam koreksi teknikal dan berpotensi konsolidasi, terpantau indikator MA sudah bergerak naik dan pola Black Marubozu menembus Upper Bolinger Band. Selain itu indikator Stochastic mulai bergerak ke area jenuh beli setelah sebelumnya berada pada area tengah.
Sementara indikator Average Directional Index terpantau bergerak naik didukung oleh +DI yang juga bergerak naik yang menunjukan pergerakan BTPN dalam potensi menguat terbatas. Dengan kondisi teknikalnya dan didukung fundamentalnya, diprediksi laju BTPN masih akan dalam tren konsolidasi dan menunggu sentimen fundamental yang menggerakan BTPN. Rekomendasai Trading pada target level support di level Rp4000 hingga target resistance di level Rp4100.
Regi Fachriansyah/VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens
Tidak ada komentar:
Posting Komentar