Negara Tiongkok yang memiliki cadangan devisa 3,69 triliun dolar AS dan tingkat utang pemerintah pusat yang relatif rendah, sebenarnya memiliki amunisi untuk menjalankan kebijakan stimulus fiskal. Hal ini perlu segera dilakukan mengingat perlambatan ekonomi yang masih terus berlangsung. Dimana setelah berbulan-bulan melaksanakan pelonggaran moneter, ekonomi Tiongkok masih tumbuh dengan kecepatan yang paling lambat dalam 25 tahun dengan sedikitnya tanda-tanda perubahan.
Berikut adalah beberapa pilihan stimulus fiskal yag dapat dilakukan oleh negara Tiongkok:
1. Penurunan Suku Bunga
Bank Rakyat China (PBOC) telah memotong suku bunga pinjaman acuan ke rekor rendah setelah penurunan suku bunga empat kali sejak awal November. PBOC memiliki ruang untuk bergerak lebih jauh. Suku bunga deposito PBOC satu tahun adalah sebesar 2 % dan lending rate satu tahun adalah 4,85 %, dibandingkan dengan suku bunga acuan yang mendekati nol di AS dan Eropa.
Hal ini juga bisa memompa likuiditas ke pasar uang dalam rangka untuk menekan suku bunga kredit antar bank. Suku bunga acuan dana antar bank, telah jatuh menjadi kurang dari 2,5 % dari 3,5 % pada pertengahan Juni.
2. Penurunan Rasio Cadangan Wajib Perbankan
PBOC memiliki ruang yang cukup untuk menurunkan rasio cadangan wajib perbankan untuk mendorong pinjaman. Bahkan setelah serangkaian penurunan, rasio cadangan wajib perbankan pada 18,5 % untuk bank-bank besar, tetap menjadi yang tertinggi di antara beberapa negara di dunia. Mengurangi rasio sebesar 10 % akan membebaskan 13 triliun yuan ($ 2,1 triliun) dari kapasitas tambahan bagi bank untuk memberi pinjaman.
3. Pinjaman Langsung
Tiongkok telah mencoba berupaya memberikan pinjaman yang ditargetkan sejak tahun lalu saat bank sentral menambahkan pinjaman sebesar 1 triliun yuan dalam rangka memberikan dukungan bagi China Development Bank Corp, atau CDB, untuk mendanai pembukaan kota-kota kumuh.
Dalam beberapa pekan terakhir PBOC telah menyuntikkan modal dalam rangka menjalankan kebijakan bank untuk meningkatkan pinjaman. Bank sentral telah menempatkan $ 48 miliar ke CDB. Ekspor-Impor Bank of China mendapat $ 45 miliar dan 100 miliar yuan dari Departemen Keuangan untuk Bank Pembangunan Pertanian China, seperti yang dilaporkan majalah Caixin.
4. Melemahkan Yuan
Oxford Economics memperkirakan bahwa depresiasi mata uang Yuan dari 10 persen menjadi 15 persen akan diperlukan untuk menempatkan kembali kondisi moneter Tiongkok ke tempat mereka enam sampai 12 bulan yang lalu. Yuan naik sekitar 13 % pada perdagangan selama tahun lalu.
Tantangan bagi China adalah bahwa negara ingin Yuan diterima oleh Dana Moneter Internasional sebagai mata uang cadangan, sehingga harus menghindari intervensi terlalu agresif. Melemahnya mata uang juga bisa memicu arus modal keluar.
5. Membeli Utang
Jika terdesak, PBOC bisa membeli langsung utang pemerintah daerah atau pusat, seperti yang dilakukan beberapa bank sentral di negara berkembang sejak krisis keuangan global. Bank sentral China sudah berperan dalam menjaga kredit mengalir ke pemerintah daerah yang kekurangan uang dengan menerima jaminan dari bank dengan imbalan uang segar yang dapat digunakan untuk pinjaman baru.
Tapi total hutang China, termasuk perusahaan, rumah tangga dan pemerintah berkisar 282 % dari PDB, menurut McKinsey Global Institute, hal ini yang menjadi pertimbanga para pembuat kebijakan untuk tidak terburu-buru melaksanakannya.
6. Belanja Fiskal
Pemerintah China bisa meningkatkan pengeluaran infrastruktur di segala bidang mulai dari pembangunan pipa daerah perkotaan bawah tanah sampai pembangunan pelabuhan baru dan jalan. Ini memang mungkin tidak seperti yang pemerintah inginkan untuk melakukan stimulus setelah krisis keuangan tahun 2008, namun neraca pemerintah pusat masih kuat berarti pemerintah masih memiliki ruang untuk bergerak.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang
Editor: Asido Situmorang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar