kredit sudah sangat tepat mengingat pertumbuhan kredit konsumsi yang sudah cukup tinggi. Tiga sektor kredit konsumsi, yakni property, kendaraan bermotor dan kartu kredittumbuh di atas rata-rata, sekitar 23% dan dikhawatirkan lonjakan ketiga sektor ini akan memicu overheating kredit sehingga sangat rawan menjadi kredit bermasalah.
Oleh sebab itu, bank-bank harus meredam pemberian kredit di sektor konsumsu dan melakukan diversifikasi dengan upaya menggenjot kredit investasi dan modal kerja.
Misalnya, di sektor properti yang terjadi di kalangan menengah ke atas, kebutuhan akan rumah-rumah di atas 70 meter persegi dan apartemen terus meningkat walaupun harga bangunan ini terus melonjak.
Laju kredit kepemilikan kendaraan bermotor yang terlalu tinggi saat ini pun harus ditekan. Khususnya penyaluran kredit sepeda motor yang melesat lebih jauh dibandingkan roda empat beberapa tahun terakhir. Serta kartu kredit yang tidak menggunakan jaminan dan nilai outstanding-nya yang cukup besar.
Sehingga bank harus meningkatkan prinsip kehati-hatian agar tidak terjadi masalah seperti subprime mortgage di Amerika Serikat yaitu kredit perumahan yang terlalu ekspansif sehingga mengabaikan prudential regulation.
Di satu sisi, ekspansi kredit berarti akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan. Namun di sisi lain, kegiatan investasi dan tambahan modal kerja ini mendorong peningkatan impor barang modal dan barang setengah jadi. Yang pada Juni 2012 alu mengakibatkan terjadinya deficit neraca perdagangan hingga 1,3 miliar dollar AS.
Menurut Tony Prasetiantono, seorang pengamat ekonomi dari Universitas Gajah Mada bahwa apabila ekspansi kredit masih dibawah 30 persen masih bisa ditoleransi. Namun sikap kehati-hatian BI sudah tepat. Karena ekspansi yang berlebihan di saat krisis ekonomi global berpotensi menjadi kredit macet.
(Hanilia Wie/HW/VBN)
www.vibiznews.com
Oleh sebab itu, bank-bank harus meredam pemberian kredit di sektor konsumsu dan melakukan diversifikasi dengan upaya menggenjot kredit investasi dan modal kerja.
Misalnya, di sektor properti yang terjadi di kalangan menengah ke atas, kebutuhan akan rumah-rumah di atas 70 meter persegi dan apartemen terus meningkat walaupun harga bangunan ini terus melonjak.
Laju kredit kepemilikan kendaraan bermotor yang terlalu tinggi saat ini pun harus ditekan. Khususnya penyaluran kredit sepeda motor yang melesat lebih jauh dibandingkan roda empat beberapa tahun terakhir. Serta kartu kredit yang tidak menggunakan jaminan dan nilai outstanding-nya yang cukup besar.
Sehingga bank harus meningkatkan prinsip kehati-hatian agar tidak terjadi masalah seperti subprime mortgage di Amerika Serikat yaitu kredit perumahan yang terlalu ekspansif sehingga mengabaikan prudential regulation.
Di satu sisi, ekspansi kredit berarti akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan. Namun di sisi lain, kegiatan investasi dan tambahan modal kerja ini mendorong peningkatan impor barang modal dan barang setengah jadi. Yang pada Juni 2012 alu mengakibatkan terjadinya deficit neraca perdagangan hingga 1,3 miliar dollar AS.
Menurut Tony Prasetiantono, seorang pengamat ekonomi dari Universitas Gajah Mada bahwa apabila ekspansi kredit masih dibawah 30 persen masih bisa ditoleransi. Namun sikap kehati-hatian BI sudah tepat. Karena ekspansi yang berlebihan di saat krisis ekonomi global berpotensi menjadi kredit macet.
(Hanilia Wie/HW/VBN)
www.vibiznews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar