(Vibiznews – Business) – Kondisi perdagangan komoditi pangan dalam 2 bulan terakhir seperti kita ketahui mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan. Komoditi pangan utama dunia seperti jagung, gandum dan kedelai bahwa sempet beberapa kali menyentuh rekor dan sampai dengan saat ini masih menunjukan pergerakan yang positif. Hal tersebut kini mendapat respon dari IMF dan World Bank yang hari ini (21/8) memberikan pernyataan bahwa kenaikan harga pangan global dapat semakin menekan perekonomian dunia yang sedang mengalami perlambatan. World Bank dan IMF menyatakan bahwa fenomena kenaikan harga pangan dan gangguan pada ketersediaan pangan global pada saat ini mirip dengan yang terjadi pada tahun 2007/2008.
Amerika Serikat sebagai pemasok pangan terbesar dunia bahkan mengalami kondisi terburuk dalam 50 tahun terakhir setelah hampir seluruh negara bagian mengalami kekeringan pada tahun ini. Komoditi seperti jagung dan gandum yang merupakan komoditi unggulan di AS. Menurut Juergen Voegele, Direktur World Bank Agriculture and Rural Development Department, gangguan cuaca kering yang melanda beberapa negara produsen pangan dunia seperti AS dan Rusia membuat pasokan pangan global menjadi terganggu. Apalagi disaat yang bersamaan konsumen pangan terbesar dunia seperti China sedang mengalami perlambatan ekonomi yang berimbas kepada turunnya konsumsi pangan.
Namun ia menyebutkan bahwa meski permintaan dan pasokan produksi pangan mengalami penurunan, jumlah persediaan pangan global untuk jangka pendek masih cukup untuk memenuhi permintaan konsumsi global. Andrew Burns, ekonom World Bank menyatakan bahwa naiknya harga pangan sejalan dengan meningkatnya harga minyak mentah. Menurutnya, faktor kekeringan tidak sepenuhnya menjadi faktor utama bagi kenaikan pangan, kenaikan harga minyak mentah setidaknya memberikan beban produksi dengan meningkatnya harga bahan bakar minyak.
Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan bahwa pada bulan Juli lalu indeks pangan global mengalami kenaikan sebesar 6% atau merupakan level tertinggi sejak tahun 2008. Selain disebabkan oleh kekeringan yang melanda di negara-negara produsen yang menyebabkan penurunan produksi, faktor naiknya indeks pangan global juga disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah terutama negara-negara konsumen dan produsen yang memberlakukan kenaikan bea impor dan juga bea ekspor bagi negara-negara produsen seperti AS yang lebih mengutamakan pemenuhan pangan dalam negeri.
Pada pekan ini, G20 akan kembali mengadakan pertemuan guna membahas mengenai kenaikan harga pangan global. Diprediksi, pertemuan tersebut akan menghasilan sebuah kesepakatan kebijakan bagi negara-negara produsen pangan untuk meningkatkan produksi dengan perluasan lahan pertanian dan dorongan pemerintah terhadap sektor pertanian berupa pemberian bantuan permodalan.
(Joko Praytno/JP/vbn)
Foto : www.agricorner.com, fifediet.co.uk
Amerika Serikat sebagai pemasok pangan terbesar dunia bahkan mengalami kondisi terburuk dalam 50 tahun terakhir setelah hampir seluruh negara bagian mengalami kekeringan pada tahun ini. Komoditi seperti jagung dan gandum yang merupakan komoditi unggulan di AS. Menurut Juergen Voegele, Direktur World Bank Agriculture and Rural Development Department, gangguan cuaca kering yang melanda beberapa negara produsen pangan dunia seperti AS dan Rusia membuat pasokan pangan global menjadi terganggu. Apalagi disaat yang bersamaan konsumen pangan terbesar dunia seperti China sedang mengalami perlambatan ekonomi yang berimbas kepada turunnya konsumsi pangan.
Namun ia menyebutkan bahwa meski permintaan dan pasokan produksi pangan mengalami penurunan, jumlah persediaan pangan global untuk jangka pendek masih cukup untuk memenuhi permintaan konsumsi global. Andrew Burns, ekonom World Bank menyatakan bahwa naiknya harga pangan sejalan dengan meningkatnya harga minyak mentah. Menurutnya, faktor kekeringan tidak sepenuhnya menjadi faktor utama bagi kenaikan pangan, kenaikan harga minyak mentah setidaknya memberikan beban produksi dengan meningkatnya harga bahan bakar minyak.
Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan bahwa pada bulan Juli lalu indeks pangan global mengalami kenaikan sebesar 6% atau merupakan level tertinggi sejak tahun 2008. Selain disebabkan oleh kekeringan yang melanda di negara-negara produsen yang menyebabkan penurunan produksi, faktor naiknya indeks pangan global juga disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah terutama negara-negara konsumen dan produsen yang memberlakukan kenaikan bea impor dan juga bea ekspor bagi negara-negara produsen seperti AS yang lebih mengutamakan pemenuhan pangan dalam negeri.
Pada pekan ini, G20 akan kembali mengadakan pertemuan guna membahas mengenai kenaikan harga pangan global. Diprediksi, pertemuan tersebut akan menghasilan sebuah kesepakatan kebijakan bagi negara-negara produsen pangan untuk meningkatkan produksi dengan perluasan lahan pertanian dan dorongan pemerintah terhadap sektor pertanian berupa pemberian bantuan permodalan.
(Joko Praytno/JP/vbn)
Foto : www.agricorner.com, fifediet.co.uk
sumber: www.vibiznews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar