Negara-negara yang berada di kawasan euro tampak semakin memberikan kontribusi terhadap prospek pemulihan pertumbuhan ekonomi global. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator dalam outlook ekonomi yang telah dirilis oleh Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) pada hari Senin (8/3/2015). Dalam indikator tersebut dapat dilihat bahwa telah terjadi perubahan positif terhadap momentum pemulihan di kawasan euro yang cenderung stabil di sebagian besar negara di kawasan euro.
Indikator tersebut berupa sebuah indeks dimana skor 100 menunjukkan kondisi positif untuk rata-rata jangka panjang, dalam hal ini skor untuk kawasan euro berhasil naik menjadi 100,7 secara keseluruhan dari 100,6 dalam laporan yang sama di bulan sebelumnya. Demikian juga dengan negara-negara besar di kawasan euro yang tergabung dalam OECD juga berhasil berada naik menuju skor 100.4 dari 100.3. Sedangkan AS masih tetap stabil pada 100,2 dan Jepang sedikit tertinggal pada skor 99,8.
Kemudian untuk negara-negara maju namun yang tidak tergabung dalam OECD, Tiongkok misalnya, menduduki skor indeks di 99,1 naik tipis dari 99,0. Skor ini juga sedikit lebih tinggi dari Brazil dan India, tetapi jauh lebih rendah dari Rusia yang berada pada skor 99,3, turun dari 99,5.
Melihat hasil skor indeks tersebut dapat dilihat bahwa di beberapa negara maju sudah ada sedikit harapan bagi pemulihan ekonomi. Terkait hal ini pun OECD berulang kali mendesak negara-negara berkembang dan maju melaksanakan agenda reformasi struktural yang komprehensif untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi yang sehat karena dunia menghadapi tantangan pelambatan ekonomi.
Sebelumnya OECD juga melaporkan tingkat inflasi harga konsumen negara anggotanya menurun untuk bulan ketiga berturut-turut pada bulan Januari ke level terendah dalam lebih dari lima tahun, yang terseret oleh penurunan lebih lanjut dalam harga produk energi(minyak).
Lihat: Inflasi Negara Maju OECD Terendah Sejak Tahun 2009
OECD mengidentifikasi bahwa prioritas reformasi struktural saat ini adalah untuk meningkatkan pendapatan riil setiap negara OECD dan Brazil, Tiongkok, India, Indonesia, Rusia dan Afrika Selatan. Jika reformasi benar-benar diterapkan, maka ekonomi global akan memiliki pertumbuhan dua persen lebih tinggi,” kata dia. Sementara itu, berdasarkan laporan OECD dikatakan bahwa sejak 2013, laju reformasi kebijakan telah melambat di sebagian besar negara maju. Sedangkan di negara berkembang, justru laju reformasi yang dipercepat.
Stephanie Rebecca/ VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens
Indikator tersebut berupa sebuah indeks dimana skor 100 menunjukkan kondisi positif untuk rata-rata jangka panjang, dalam hal ini skor untuk kawasan euro berhasil naik menjadi 100,7 secara keseluruhan dari 100,6 dalam laporan yang sama di bulan sebelumnya. Demikian juga dengan negara-negara besar di kawasan euro yang tergabung dalam OECD juga berhasil berada naik menuju skor 100.4 dari 100.3. Sedangkan AS masih tetap stabil pada 100,2 dan Jepang sedikit tertinggal pada skor 99,8.
Kemudian untuk negara-negara maju namun yang tidak tergabung dalam OECD, Tiongkok misalnya, menduduki skor indeks di 99,1 naik tipis dari 99,0. Skor ini juga sedikit lebih tinggi dari Brazil dan India, tetapi jauh lebih rendah dari Rusia yang berada pada skor 99,3, turun dari 99,5.
Melihat hasil skor indeks tersebut dapat dilihat bahwa di beberapa negara maju sudah ada sedikit harapan bagi pemulihan ekonomi. Terkait hal ini pun OECD berulang kali mendesak negara-negara berkembang dan maju melaksanakan agenda reformasi struktural yang komprehensif untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi yang sehat karena dunia menghadapi tantangan pelambatan ekonomi.
Sebelumnya OECD juga melaporkan tingkat inflasi harga konsumen negara anggotanya menurun untuk bulan ketiga berturut-turut pada bulan Januari ke level terendah dalam lebih dari lima tahun, yang terseret oleh penurunan lebih lanjut dalam harga produk energi(minyak).
Lihat: Inflasi Negara Maju OECD Terendah Sejak Tahun 2009
OECD mengidentifikasi bahwa prioritas reformasi struktural saat ini adalah untuk meningkatkan pendapatan riil setiap negara OECD dan Brazil, Tiongkok, India, Indonesia, Rusia dan Afrika Selatan. Jika reformasi benar-benar diterapkan, maka ekonomi global akan memiliki pertumbuhan dua persen lebih tinggi,” kata dia. Sementara itu, berdasarkan laporan OECD dikatakan bahwa sejak 2013, laju reformasi kebijakan telah melambat di sebagian besar negara maju. Sedangkan di negara berkembang, justru laju reformasi yang dipercepat.
Stephanie Rebecca/ VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens
Tidak ada komentar:
Posting Komentar