Pages

Rabu, 15 Agustus 2012

Potensi Bubble Mirip Subprime AS Mulai Intai China

(Vibiznews - Business) - Bagi para investor, masa-masa di mana pertumbuhan sebuah instrumen investasi sedang jaya-jayanya dan berlipat ganda justru menjadi masa yang harus benar-benar diwaspadai dan diberlakukan dengan hati-hati (13/08). Sejarah berulang kali mencatatkan bahwa sebuah instrumen yang berada dalam kondisi bubble memiliki potensi besar untuk pecah (crash) sehingga akan menciptakan kerugian besar, baik untuk perorangan maupun dalam dampak yang lebih luas dapat mempengaruhi kondisi ekonomi negara maupun global.

Saat ini di China banyak instrumen investasi yang beredar dan memberikan imbal hasil yang luar biasa besar, biasanya jauh melampaui imbal hasil tabungan dan deposito. Saham satu di antaranya adalah instrumen yang dikenal dengan nama Golden Elephan No.38 yang menjajikan imbal hasil sebesar 7.2% per tahun atau dua kali lipat rata-rata bunga tabungan di negara tersebut.

Golden Elephant No.38 adalah satu dari ribuan investasi "manajemen kekayaan" yang ditujukan bagi para investor kaya. Investasi-investasi sejenis ini telah mengalami pertumbuhan yang sangat fenomenal selama lima tahun terakhir. Penjualan produk investasi ini mengalami kenaikan sebesar 43% pada semester pertama 2012 menjadi 12.14 triliun yuan, atau setara dengan 1.9 triliun dolar.


Biasanya lembaga yang mengeluarkan investasi ini menciptakan sistem "perbankan bayangan" - sebuah lembaga trust yang tidak terikat dengan regulasi yang sama dengan bank - yang saat ini telah mencapai 20% dari total pembiayaan di seluruh China.


Imbal Hasil Tinggi = Risiko Tinggi


Barclays mengestimasi bahwa tahun ini saja produk investasi baru yang akan dirilis akan mencapai angka 22 triliun yuan. Sementara itu produk yang jatuh tempo pada akhir Juni akan mencapai angka 10.4 triliun yuan.


Kelemahan dari produk-produk sejenis ini adalah kemiripannya dengan instrumen-instrumen yang menyebabkan kolapsnya sektor perumahan subprime di AS tahun 2007 lalu, yang memicu terjadinya krisis keuangan global di tahun 2008. Produk-produk ini biasanya memiliki underlying aset yang berisiko tinggi seperti proyek perumahan Taihe yang menjadi aset penjamin instrumen Golden Elephan No.38.


Beberapa pengamat bahkan menyatakan bahwa produk-produk investasi sejenis ini tidak lebih dari sebuah fraud dan tidak ada bedanya dengan skema ponzi. Dalam skema ponzi, para investor yang lebih dulu masuk menerima pembayaran dari investor yang masuk kemudia. Karena tidak adanya investasi riil, pada suatu titik skema tersebut akan kolaps.


China Credit Trust, salah satu perusahaan trust terbesar di China, telah menyatakan bahwa salah satu instrumen investasi miliknya Jinkai No.1 mengalami risiko gagal bayar karena uang yang dipinjamkan ke perusahaan baru bara Zhenfu Energy terancam tidak kembali. CEO Zhenfu sendiri telah ditahan polisi karena gagal membayar utang senilai 500 juta yuan.


Apabila fund ini benar-benar mengalami gagal bayar maka akan menjadi yang pertama di antara perusahaan-perusahaan trust di China yang sedang mengalami perkembangan pesat. Hal ini tentunya akan menimbulkan kekhawatiran bahwa kondisi ini kemudian akan menimbulkan dampak yang sistemik.


Bau Busuk Mulai Menyeruak dalam Bisnis Trust Fund China


China, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, akan menimbulkan akibat yang tidak kalah dahsyat dibandingkan dengan krisis subprime AS, apabila hal yang sama terjadi di negara tersebut.


Saat ini kondisi mengkhawatirkan tersebut sudah mulai tampak ke permukaan. Sebuah prospektus dari Wealth Management Plan No.350 yang dijual oleh China Merchants Bank menyatakan harapan untuk meraup 200 juta yuan. Akan tetapi prospektus tersebut mengungkapkan bahwa produk investasi ini terkait dengan Kementerian Kereta Api - kementerian yang utangnya mencapai 2.2 triliun yuan melampaui utang dari seluruh bank besar AS digabung jadi satu.


(Ika Akbarwati/IA/vbn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar