(Vibiznews-Banking)Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjelaskan bahwa suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) sulit diturunkan karena biaya distribusi dari bank-bank penyalur cukup besar.
"Biaya distribusi untuk menyalurkan kredit memang besar dan ini yang menyebabkan suku bunga KUR tetap tinggi meskipun Bank Indonesia sudah menurunkan suku bunga sampai 5,75 persen," kata Presiden Yudhoyono kepada wartawan seusai memimpin rapat koordinasi dengan perbankan mengenai KUR di Jakarta, Jumat.
Meskipun demikian, Presiden mengatakan bahwa tingkat suku bunga KUR sudah jauh lebih rendah dari rentenir di desa-desa sehingga KUR tetap bermanfaat bagi kemajuan usaha mikro kecil menengah dan koperasi yang menjadi debitur.
"Sudah banyak pesan singkat yang masuk ke saya, isinya selalu mengatakan agar KUR tetap dipertahankan," katanya.
Menurut dia, para pelaku usaha yang membutuhkan KUR lebih menaruh perhatian pada kualitas layanan perbankan dari pada memikirkan suku bunga KUR yang masih tinggi. Pelaku usaha tersebut dalam keterangan Yudhoyono berharap bank penyalur KUR lebih cepat dan lebih mudah mencairkan dana.
Presiden juga menjelaskan bahwa suku bunga KUR sudah diturunkan dua kali untuk unit usaha mikro, yaitu dari 24 persen, kemudian turun 23 persen, dan sekarang menjadi 22 persen. Sementara untuk retail sudah mencapai 13 persen.
Presiden mengatakan bahwa pihak perbankan penyalur kredit KUR harus berhati-hati jika ingin menurunkan suku bunga sehingga langkah tersebut tidak justru menjadikan kredit macet KUR naik tajam. Sampai saat ini, kredit macet KUR berada pada level empat persen.
"Kalau bisa diturunkan sangat bagus, namun tetap harus pada level aman," kata Presiden Yudhoyono.
KUR adalah program pemerintah untuk menggerakkan sektor UMKM melalui tujuh bank, yaitu Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Tabungan Negara, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, dan Bukopin.
Sampai Mei 2012, BRI menjadi bank dengan kinerja penyaluran kredit terbaik, dengan total Rp46,6 triliun dengan debitur 7.066.998.
Nilai tersebut jauh melebihi kinerja BNI yang berada di urutan kedua dengan nilai penyaluran kredit sebesar Rp8,1 triliun dengan total debitur 1.591.636.
(ude/UDE/vbn-ant)
sumber: www.vibiznews.com
"Biaya distribusi untuk menyalurkan kredit memang besar dan ini yang menyebabkan suku bunga KUR tetap tinggi meskipun Bank Indonesia sudah menurunkan suku bunga sampai 5,75 persen," kata Presiden Yudhoyono kepada wartawan seusai memimpin rapat koordinasi dengan perbankan mengenai KUR di Jakarta, Jumat.
Meskipun demikian, Presiden mengatakan bahwa tingkat suku bunga KUR sudah jauh lebih rendah dari rentenir di desa-desa sehingga KUR tetap bermanfaat bagi kemajuan usaha mikro kecil menengah dan koperasi yang menjadi debitur.
"Sudah banyak pesan singkat yang masuk ke saya, isinya selalu mengatakan agar KUR tetap dipertahankan," katanya.
Menurut dia, para pelaku usaha yang membutuhkan KUR lebih menaruh perhatian pada kualitas layanan perbankan dari pada memikirkan suku bunga KUR yang masih tinggi. Pelaku usaha tersebut dalam keterangan Yudhoyono berharap bank penyalur KUR lebih cepat dan lebih mudah mencairkan dana.
Presiden juga menjelaskan bahwa suku bunga KUR sudah diturunkan dua kali untuk unit usaha mikro, yaitu dari 24 persen, kemudian turun 23 persen, dan sekarang menjadi 22 persen. Sementara untuk retail sudah mencapai 13 persen.
Presiden mengatakan bahwa pihak perbankan penyalur kredit KUR harus berhati-hati jika ingin menurunkan suku bunga sehingga langkah tersebut tidak justru menjadikan kredit macet KUR naik tajam. Sampai saat ini, kredit macet KUR berada pada level empat persen.
"Kalau bisa diturunkan sangat bagus, namun tetap harus pada level aman," kata Presiden Yudhoyono.
KUR adalah program pemerintah untuk menggerakkan sektor UMKM melalui tujuh bank, yaitu Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Tabungan Negara, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, dan Bukopin.
Sampai Mei 2012, BRI menjadi bank dengan kinerja penyaluran kredit terbaik, dengan total Rp46,6 triliun dengan debitur 7.066.998.
Nilai tersebut jauh melebihi kinerja BNI yang berada di urutan kedua dengan nilai penyaluran kredit sebesar Rp8,1 triliun dengan total debitur 1.591.636.
(ude/UDE/vbn-ant)
sumber: www.vibiznews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar