Pages

Jumat, 03 Agustus 2012

RI Negara Maju Akan Memasuki "Emerging Market"

(Managedaily - Business Today), Pengamat pasar modal Michael Tjoajadi menilai, kondisi ekonomi negara maju (develop market) yang pertumbuhannya cenderung melambat akan meningkatkan investasi masuk ke negara berkembang (emerging market) semakin marak.

"Investor akan condong masuk ke dalam 'emerging market' dibanding 'develop market' seiring dengan pertumbuhan negara berkembang melebihi negara maju," ujar Michael Tjoajadi yang juga Presiden Direktur PT Schroder Investment Management di Jakarta, Kamis.

Ia menambahkan, peringkat negara maju banyak yang mengalami pemangkasan, hal itu memicu tingkat risiko investasi meningkat. Kondisi itu menjadi salah satu katalis aliran dana asing akan masuk ke "emerging market" salah satunya Indonesia.

"Rating negara maju banyak yang diturunkan, dengan turunnya peringkat itu maka risiko akan berubah, sedangkan dari 'emerging market' peringkatnya mengalami kenaikan. Saat ini banyak investor yang berpindah investasi ke dalam risiko yang lebih rendah," ucap dia.

Meski demikian, kata dia, untuk mendorong dana asing masuk ke dalam negeri harus diiringi dengan infrastruktur yang memadai, dan politik yang stabil di dalam suatu negara.
Ia menambahkan, tingkat pengangguran yang rendah juga merupakan salah satu faktor utama karena hal itu akan mendukung daya beli masyarakat domestik tetap tinggi.

"Dengan politik yang stabil maka akan memberi keamanan bagi investor. Lalu tanpa infrastruktur yang memadai maka pertumbuhan akan berhenti, kemudian daya beli domestik juga harus dikuatkan," kata dia.

Menurut dia, pasar modal Indonesia agar lebih mempersiapkan diri menyambut masuknya aliran dana asing, lesunya pasar global menjadi peluang bagi Indonesia.
Michael juga mengatakan, melambatnya ekonomi global yang dipicu dari Eropa masih akan berlangsung cukup lama dan dapat berimbas pada penurunan impor dari China ke Eropa.

"Kalau produksi China melambat, otomatis impor batu bara dan komoditi dari Indonesia makin melemah," katanya.

Meski demikian, menurut Michael, secara fundamental krisis Eropa tidak akan banyak berpengaruh bagi pasar modal Indonesia.

Ia mengharapkan, pihak Bursa Efek Indonesia (BEI) mampu meningkatkan likuiditas di pasar modal Indonesia. Salah satu caranya dengan meningkatkan jumlah emiten yang melakukan penawaran umum saham perdana (IPO).

"Pasar modal Indonesia punya peluang besar untuk tumbuh, tapi butuh waktu," ujarnya.

(rs/IK/md-ant)
www.managedaily.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar