Pages

Senin, 24 Agustus 2015

Malaysia dan Thailand Terancam Krisis Akibat Tiongkok

Badai krisis ekonomi tampaknya belum akan berhenti, bahkan menjalar hingga kawasan Asia. Krisis kini merembet ke Asia Tenggara. Negeri tetangga Indonesia yang terkenal dengan sebutan “Negeri jiran” atau Malaysia, Myanmar, serta Thailand, mulai “terciprat” badai tersebut. Adapun salah satu indikator yang tampak adalah pasca devaluasi yuan dilakukan oleh bank sentralnya (PBoC), ringgit Malaysia, kyat Myanmar, hingga bath Thailand ikut terpuruk. Dihitung sejak awal tahun hingga Agustus  (year to date), kyat turun 24 persen, ringgit 18,03 persen, serta bath sebesar 8 persen terhadap mata uang dollar AS. (Lihat juga: Pemerintah Tiongkok Devaluasi Yuan 1,9%)
Anjloknya kurs Ringgit ini nampaknya diikuti dengan rontoknya bursa saham Malaysia yang turun hingga 15,07 persen dan indeks bursa di Thailand yang melemah 5,56 persen. Situasi tersebut jelas mengkhawatirkan. Pasalnya, Malaysia adalah mitra dagang penting Indonesia. Tidak hanya itu, Bank Sentral Malaysia juga merupakan salah satu pemegang obligasi Pemerintah Indonesia yang cukup besar. Jika pelemahan ringgit Malaysia berlanjut, bukan mustahil, Malaysia akan kembali menguras cadangan devisanya yang kini di posisi 96,7 miliar dollar AS, terendah sejak 2010. Padahal, sejak awal tahun, cadangan devisa Malaysia tercatat masih di 116 miliar dollar AS atau turun 19,9 persen.
Kondisi di Malaysia pun ikut diperburuk oleh krisis politik tajam yang diawali dengan terbongkarnya mega skandal di 1MDB yang melibatkan Perdana Menteri Malaysia Nazib Razak. Lantaran Nazib Razak menolak mundur, tanggal 29 dan 30 Agustus nanti, aliansi 84 LSM Malaysia Bersih akan turun ke jalan. Hal ini jelas berpotensi menggoyang ekonomi Malaysia. Bukan tidak mungkin, setelahnya dalam rangka menopang ringgit, bank sentral Malaysia akan menjual asetnya, salah satunya obligasi, termasuk  Indonesia. Skenario yang sama juga bisa dilakukan Thailand yang juga memegang obligasi kita.
Menurut Morgan Stanley, Indonesia dan negara kawasan, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia, sangat rentan dengan gejolak pasar keuangan dan ekonomi Tiongkok. Perlu diketahui, selain Indonesia, ekspor Malaysia ke Tiongkok juga cukup besar hingga mencapai 15 persen.
Terkait hal ini, pemerintah Indonesia harus tetap waspada atas gejolak yang terjadi di negara tetangga. Pemerintah harus memperkuat pasar keuangan serta mempercepat kebijakan fiskalnya. (Lihat juga: Masalah Ekonomi Malaysia Berlanjut, Inflasi Naik Tinggi)

Stephanie Rebecca/VBN/VMN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar