Pages

Selasa, 25 Agustus 2015

Tingkat Pengangguran Malaysia Tetap Stabil Menghadapi Perlambatan Ekonomi

Ekonomi Tiongkok nampaknya masih belum mampu lepas dari jeratan penyakit yang dideritanya. Pasalnya, bursa Tiongkok hingga pembukaan pagi tadi masih dibuka dengan melanjutkan tekanan hebat dari perdagangan sebelumnya, bahkan pagi ini harus dibuka terjun 6,4% dan hampir meninggalkan level kisaran 3.000 poin, yang dikarenakan masih berlanjutnya kekhawatiran para investor akan kondisi perekonomian dalam negeri, serta anjloknya minyak dunia semalam yang sebesar 5% lebih. Sebenarnya, penurunan pasar saham China telah terjadi semenjak bulan lalu. Padahal sebelum itu, Shanghai Composite Index mencapai puncak tertingginya di 5.100.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok ini diperparah dengan kebijakan pemerintahnya mendevaluasi Yuan. Keputusan pemerintah Tiongkok ini cukup merobek pasar saham global. Dampak dari gonjang ganjingnya perekonomian Tiongkok saat ini cukup memengaruhi aktivitas ekonomi di negara-negara lain di kawasan Asia, termasuk Malaysia. Saat ini mata uang negara-negara ketiga yang mempunyai kompetensi pasar ekspor yang sama dengan China (Thailand dan Korea) dan negara yang mayoritas mempunyai porsi ekspor ke Tiongkok (Taiwan, Korea dan Malaysia) mengalami tekanan nilai tukar akibat kebijakan Tiongkok.
Ditengah tekanan eksternal yang cukup hebat, Departemen Statistik Malaysia siang ini (25/8) melaporkan bahwa tingkat pengangguran Malaysia pada bulan Juni 2015 lalu masih tetap dalam kondisi yang stabil. Dalam rilis siang ini tercatat bahwa tingkat pengangguran pada bulan tersebut masih tercatat sebesar 3,1 persen (mom) atau masih sama dengan bulan sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan Juni 2014, maka tingkat pengangguran “Negeri Jiran” ini pada Juni lalu masih lebih tinggi karena pada tahun lalu hanya tercatat sebesar 2,8 persen (mom). Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Malaysia Unemployment Rate
Meski tingkat pengangguran pada Juni lalu tidak berubah dari bulan sebelumnya, sejatinya jumlah orang yang tercatat menganggur di negara ini justru meningkat menjadi sebanyak 449.900 orang pada bulan Juni lalu dari sebanyak 438.000 orang yang tercatat dibulan Mei. Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja justru naik menjadi sebesar 67,8 persen pada Juni lalu dari sebesar 67,5 persen yang tercatat di bulan sebelumnya. Saat ini tekanan dari eksternal cukup menghantui setiap kegiatan perdagangan Malaysia. 
Morgan Stanley, sebelumnya juga sudah mengatakan bahwa Indonesia dan negara kawasan, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia, adalah negaran yang sangat rentan dengan gejolak pasar keuangan dan ekonomi Tiongkok. Perlu diketahui, selain Indonesia, ekspor Malaysia ke Tiongkok juga cukup besar hingga mencapai 15 persen. Sebagai informasi saja, dalam setahun terakhir, Ringgit Malaysia kehilangan hampir seperempat nilainya terhadap dolar Amerika (USD). Sedangkan Rupiah disebut telah anjlok 18 persen dalam periode yang sama. Nilai tukar Indonesia dan Malaysia kini berada pada level terendah sejak krisis keuangan melanda Asia. Kerugian terus menumpuk

Stephanie Rebecca/VBN/VMN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar